Entahlah aku yang baru peka atau aku yang memang terlalu cuek.
Meskipun perekonomi gak stabil, defisit dimana-mana dan semua harga pada melonjak naik, tapi kok kebanyakan orang pada tetep makan 'daging' terus ya? Sehari bahkan sampe berkali-kali dan kayaknya gak sempurna banget harinya tanpa makan 'daging'.
Kata 'daging' nya sengaja aku kasih tanda petik karena 'daging' ini bukan sembarang 'daging'. Ini 'daging' spesial yang sangat menggoda, gampang didapat, murah meriah namun sebenarnya mahal, dan bagi sebagian orang bikin ketergantungan.
'daging' yang aku maksud adalah 'daging bangkai saudara sendiri.
Sesuai Firman Allah ‘azza wa jalla berfirman:
وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢
“Janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati? Tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (al-Hujurat: 12)
Dari Abu Hurairah, ia berkata.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya, "Tahukah kamu, apa itu ghibah?"
Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu."
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai."
Seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah menggibahnya (menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti)."
(HR. Muslim)
Dari potongan Ayat Al-Quran dan Hadist di atas jelas lah betapa bahayanya ghibah.
Bahasa jaman now itu ngerumpi, ngegosip, ngegunjing.
Tentulah di setiap perkumpulan baik cewek ataupun cowok, sama aja. Gak lengkap tanpa cemilan 'daging'.
Lebih parahnya lagi, manusia-manusia pemakan 'daging' tersebut begitu manis di depan tapi begitu busuk di belakang.
Lagi asik ngerumpi, lewat lah seseorang yang mereka hanya sekedar tau orangnya aja.
Liat ada sesuatu di diri si korban yang gak biasa di mata mereka.
Fix dia bakal jadi 'daging' empuk yang siap dimangsa berjamaah.
Gak bosen? Gak jijik? Gak merasa merugi?
Sarapannya 'daging'.
Makan siangnya 'daging'.
Makan malamnya 'daging'.
Cemilannya 'daging'.
Setiap hari, setiap saat, setiap waktu dan setiap ada kesempatan.
Bukan untuk menghakimi, apalagi merasa suci dan benar. Hanya untuk introspeksi diri. Memposisikan diri menjadi orang yang 'daging' nya dimakan. Tentu tak nyaman, bahkan buatku pribadi bakal benci dengan manusia jenis itu jikalau aku mengetahuinya (Astaghfirullah).
Tak ku pungkiri, akupun pernah terjerumus dalam hobi dan kebiasaan menjijikkan itu.
Pernah jadi pelaku dan pernah jadi korban.
Ketika berada diposisi menjadi korban cobalah berpikir positif.
Mungkin itu pelajaran karena kita pernah memakan 'daging' juga.
Kita masih diingatkan agar kembali ke jalan-Nya. Dikasih tau rasa gak enaknya menjadi korban.
Allah SWT hanya menciptakan 2 tangan yang tak sanggup menutup semua mulut, maka tutuplah kedua telingamu.
Bukan bearti diam itu pasrah, tapi doakan lah. Doakan agar mereka sadar.
Dan seiring berjalannya waktu, berharap para pemakan 'daging' berangsur-angsur berkurang. Bukan makin berkembang biak.
Aamiin.
Meskipun perekonomi gak stabil, defisit dimana-mana dan semua harga pada melonjak naik, tapi kok kebanyakan orang pada tetep makan 'daging' terus ya? Sehari bahkan sampe berkali-kali dan kayaknya gak sempurna banget harinya tanpa makan 'daging'.
Kata 'daging' nya sengaja aku kasih tanda petik karena 'daging' ini bukan sembarang 'daging'. Ini 'daging' spesial yang sangat menggoda, gampang didapat, murah meriah namun sebenarnya mahal, dan bagi sebagian orang bikin ketergantungan.
'daging' yang aku maksud adalah 'daging bangkai saudara sendiri.
Sesuai Firman Allah ‘azza wa jalla berfirman:
وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢
“Janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati? Tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (al-Hujurat: 12)
Dari Abu Hurairah, ia berkata.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya, "Tahukah kamu, apa itu ghibah?"
Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu."
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai."
Seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah menggibahnya (menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti)."
(HR. Muslim)
Dari potongan Ayat Al-Quran dan Hadist di atas jelas lah betapa bahayanya ghibah.
Bahasa jaman now itu ngerumpi, ngegosip, ngegunjing.
Tentulah di setiap perkumpulan baik cewek ataupun cowok, sama aja. Gak lengkap tanpa cemilan 'daging'.
Lebih parahnya lagi, manusia-manusia pemakan 'daging' tersebut begitu manis di depan tapi begitu busuk di belakang.
Lagi asik ngerumpi, lewat lah seseorang yang mereka hanya sekedar tau orangnya aja.
Liat ada sesuatu di diri si korban yang gak biasa di mata mereka.
Fix dia bakal jadi 'daging' empuk yang siap dimangsa berjamaah.
Gak bosen? Gak jijik? Gak merasa merugi?
Sarapannya 'daging'.
Makan siangnya 'daging'.
Makan malamnya 'daging'.
Cemilannya 'daging'.
Setiap hari, setiap saat, setiap waktu dan setiap ada kesempatan.
Bukan untuk menghakimi, apalagi merasa suci dan benar. Hanya untuk introspeksi diri. Memposisikan diri menjadi orang yang 'daging' nya dimakan. Tentu tak nyaman, bahkan buatku pribadi bakal benci dengan manusia jenis itu jikalau aku mengetahuinya (Astaghfirullah).
Tak ku pungkiri, akupun pernah terjerumus dalam hobi dan kebiasaan menjijikkan itu.
Pernah jadi pelaku dan pernah jadi korban.
Ketika berada diposisi menjadi korban cobalah berpikir positif.
Mungkin itu pelajaran karena kita pernah memakan 'daging' juga.
Kita masih diingatkan agar kembali ke jalan-Nya. Dikasih tau rasa gak enaknya menjadi korban.
Allah SWT hanya menciptakan 2 tangan yang tak sanggup menutup semua mulut, maka tutuplah kedua telingamu.
Bukan bearti diam itu pasrah, tapi doakan lah. Doakan agar mereka sadar.
Dan seiring berjalannya waktu, berharap para pemakan 'daging' berangsur-angsur berkurang. Bukan makin berkembang biak.
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar